Random fact's abt me

My photo
BSD, Indonesia
1. I'm already followed Allah since in my mother's belly / 2. I can joke and laugh in every case, but I would seriously if in many ways / 3. I was a little stubborn / 4. a good listener / 5. I'm very bad at starting conversations with others / 6. I dunno how to be evil to others / 7. I'm late most of the time / 8. I really love God, my parents, my brother, my family, my friends, blue, and someone who I loved in the future / 9. in some situations, I'm not using a plan / 10. I love the sunset, romantic dinner, go to the beach with the person I loved.

Monday, November 5, 2012

1 year ago...


Malam ini, tepat pukul 23:23 aku akan menuliskan beberapa kalimat dan paragraf tentang dia.
Dia, yang satu tahun lalu membuat aku tersenyum tanpa sebab.
Dia, yang selama beberapa bulan membuat aku merasakan indahnya sebuah perasaan sayang.
Dia, yang satu tahun lalu untuk pertama kalinya 'menyadari' keberadaanku.
Dia, yang selama beberapa bulan merubah duniaku.
Dia, yang merubah cara pandangku akan adanya malaikat baik hati di dunia ini.
Dia, yang tiba-tiba saja masuk dikehidupanku.
Dia, yang dengan tiba-tiba tidak memilihku yang selalu siap sedia untuknya.
Iya, itu semua adalah dia.

Untuk pertama kalinya dalam hidup ini, aku akhirnya merasakan, bahwa in love could be that hurt. Aku belajar banyak sekali hal, untuk tidak terburu-buru berharap, untuk mencintai sesuai porsinya.
Tepat satu tahun yang lalu aku baru saja jatuh cinta pada seseorang yang sangat logis. Maksud logis disini adalah dia hampir memenuhi semua kriteria pria idamanku.

Iya, dia berkualitas. Tapi bukan itu intinya.

Ini adalah titik dimana semua kualitas itu tidak lagi berarti ketika dia tidak memiliki satu-satunya aset yang paling esensial--- mencintai aku.

Aku hanya ingin bilang, aku tidak mau tenggelam dalam rasa cinta yang salah. Tidak mau tenggelam dalam imagi tanpa ujung tentang kemungkinan-kemungkinan yang mungkin akan terjadi.
Aku punya kehidupan. Dia punya kehidupan.

Mungkin satu tahun yang lalu aku akan berkata dengan lantang, bahwa dia mengambil keputusan yang salah dengan tidak memilihku. Bahwa dia bodoh menyia-nyiakan cinta yang semenakjubkan yang kumiliki. Tapi, siapa lah aku untuknya? Nothing.

Lalu akhirnya aku sadar, bahwa itu semua bukan kebahagiaan.

Aku belajar merelakan dia. Tidak sekedar merelakan, namun juga sadar bahwa mungkin dia akan lebih baik jika tidak memilihku.

Berbulan-bulan aku berperang dengan ego ku sendiri. Menyangkal dan bersikeras bahwa dia adalah yang terbaik.
Iya...bagaimana mungkin seseorang yang sangat logis bisa tidak menjadi yang terbaik. Tentu saja dia terbaik. Aku tidak akan bisa menemukan yang selogis dia.

Namun aku harus mengalah. Dia membuat puzzle ku berantakan, dia tidak mampu mengapresiasikan aku sebagaimana aku mengapresiasikan dia.

Di titik ini aku mulai berfikir, apakah aku benar-benar mencintai dia? Aku mempunyai sejuta alasan mengapa aku mencintainya. Sehingga dunia pun bertanya, jika kelogisan itu hilang, akankah aku tetap mencintainya

Iya, aku merelakan dia bahagia bersama pilihannya. Iya, aku bohong kalau aku telah ikhlas dan rela seratus persen. Namun, aku terus berdoa agar Tuhan menganugrahkan keikhlas itu.

It's funny when how someone who was just a stranger one year ago, can mean so much to me. It's terrible that someone who meant so much to me one year ago, can be just a stranger now. It's amazing what a year can do.

"Thanks, for giving me such a great story, Now I'm blessed w were not ended up toghether. Because if we we're still together, aku ngga bakal bertemu dengannya :)"


 Hanny Anggara

No comments:

Post a Comment