Random fact's abt me

My photo
BSD, Indonesia
1. I'm already followed Allah since in my mother's belly / 2. I can joke and laugh in every case, but I would seriously if in many ways / 3. I was a little stubborn / 4. a good listener / 5. I'm very bad at starting conversations with others / 6. I dunno how to be evil to others / 7. I'm late most of the time / 8. I really love God, my parents, my brother, my family, my friends, blue, and someone who I loved in the future / 9. in some situations, I'm not using a plan / 10. I love the sunset, romantic dinner, go to the beach with the person I loved.

Friday, February 22, 2013


Andai jatuh itu mudah, pasti hatiku tidak lebam sendiri seperti ini.
Ini lebam karena tanda tanya.
Iya, aku pasrah ditinju tanda tanya.
Sungguh aku ingin menumbuk tanda tanya,
lalu diseduh dengan gula dan kopi,
terlarut dalam cangkir dan kusesap hingga tetes terakhir.
Jika kamu ingin tahu, jumlah tanda tanya di kepalaku ini rasanya sebanding dengan jumlah bayangmu di thalamus.
Boleh minta tolong untuk terakhir kali?
Beri aku satu pasti dan semua tanya akan mati.

Sunday, February 17, 2013

Surat Untuk Hanny Anggara

 Hai manusia bodoh, masih bodohkah kamu hari ini? Atau kamu sudah punya pilihan lebih baik? Apapun itu kodoakan selalu yang terbaik untukmu, kamu pasti tahu yang terbaik untuk dirimu sendiri. Tapi bisakah aku mengingatkanmu sekali lagi? Sudahkah kamu sadari apa yang kamu lakukan bukan hanya akan menyakitimu, tapi juga menyakitiku.
 Sangat beralasan kamu menunggunya, aku merasakannya. Kamu masih sangat mencintainya, meski hanya bertukar pesan dengannya pun kamu sudah bahagia. Akupun ikut tersenyum jika kamu bahagia, tapi sampai kapan aku akan kamu buat seperti Roller Coaster? Sesekali kamu terbangkan, disaat yang lain kamu jatuhkan aku. Bisakah kamu berhenti menyiksaku?
 Aku tahu kamu sudah berjanji padaku, ini yang terakhir kali kamu menyakitiku. Dan aku sudah terlanjur untuk mengiyakan permintaanmu, tapi sampai kapan aku harus menahan siksa? Luka yang kamu goreskan padaku sudah banyak. Berulang kali aku memendamnya dengan membiarkanmu menunggunya meski tanpa kepastian.
 Aku sudah mengingatkanmu, semua keputusan kuserahkan padamu. Apakah kamu akan terus menunggunya atau kamu akan pergi dan membiarkan aku sedikit mengobati luka yang sudah banyak kamu tinggalkan untukku.

P.S: Aku akan menunggumu.
dari, hatimu.

Friday, February 15, 2013

Dear Mama, Lihatlah Betapa Aku Sangat Memerlukanmu

Dear Mama… 
Sebenarnya aku bingung mau menulis surat ini seperti apa. Begitu banyaknya kesempatan dan waktu yang aku punya untuk bisa mengucapkan terima kasih dan rasa cinta yang begitu dalam buatmu karena kita tinggal serumah, tapi kadang aku merasa malu untuk mengungkapkannya. Begitu banyak waktu yang kita habiskan saat malam tiba tepat ketika aku pulang ke rumah setelah sekolah atau sebelum aku kembali pergi ke sekolah, tapi sepertinya aku hampir tak pernah mengucapkan kalau aku sangat menyayangimu.

Dear Mama… 
Maaf ya kalau aku bahkan sama sekali tak pernah lagi mencium tanganmu lagi ketika aku mulai beranjak remaja setiap kali aku mau pergi berangkat sekolah, les atau pergi dengan teman-teman. Entahlah Ma, aku rindu masa-masa itu lagi. Menyalam tangan Mama, lalu pamit. Yang aku lakukan sejak kecil sampai sekarang usiaku sudah 17 tahun hanya pamit lewat bibir. Aku minta maaf untuk itu Ma…

Dear Mama… 
Maaf kalau aku kesannya selalu jarang punya waktu untuk ngobrol dengan Mama. Bahkan kesan yang aku berikan ke Mama kadang seperti aku enggan berbicara dengan Mama. Maaf kalau Mama merasa aku seperti malas berkomunikasi dengan Mama. Tiap kali aku pulang ke rumah aku sudah terlalu lelah dan sangat malas untuk berbicara. Itu sebenarnya alasannya Ma. Tapi aku tidak pernah mengungkapkannya. Yang ada aku hanya diam dan Mama jadi kesal melihat aku seperti acuh tak acuh.

Ma… 
Aku sangat bersyukur dan bangga bisa punya perempuan sepertimu. Sangat kuat, tegar, dan tak pernah terlihat lemah di mataku. Bahkan ketika menangis, secepat mungkin air mata itu akan Mama hapus seolah tak pernah jatuh setetes pun.

Mama memang tidak pernah cerita seperti apa dulu Mama waktu sekolah. Apakah Mama pernah juara atau paling tidak selalu mendapat nilai 10. Yang aku tau, Mama selalu mendukung aku dan adik untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Mama selalu mengingatkan aku dan adik untuk tidak pernah lupa mengerjakan PR. Bahkan di saat aku sedang sibuk-sibuknya mengusrus perguruan tinggi saat ini, Mama tak pernah lupa mengingatkan aku untuk jangan lupa makan kalau sedang mengerjakan tugas-tugasku. Kadang aku kesal karena aku merasa aku bukan lagi anak kecil yang harus diingatkan untuk hal-hal sepele seperti makan. Tapi nyatanya? Lihat, aku selalu perlu Mama kan.


Dear Mama…
Makasih karena Mama tak pernah bosan mengingatkan aku untuk ini-itu. Maaf kalau kadang aku pernah membentak Mama karena Mama berulang-ulang untuk mengingatkan hal yang sama. Aku sadar itu Mama lakukan karena Mama tidak ingin ada sampai yang salah kulakukan. Tapi aku malah sering kali menyebutnya sebagai kecerewetan yang tak ada hentinya.

Mama yang selalu mengalah. Terima kasih karena kadang untuk debat-debat yang sangat menyebalkan, Mama selalu diam dan mengalah. Padahal aku yang salah. Ah, aku sungguh menyesal Ma. Aku tau usiamu sudah bertambah tua, tapi aku selalu lupa dan tak sadar kalau suara yang keras dariku akan semakin mengurangi umurmu. Aku mau minta maaf untuk itu. Kita sering berdebat sebenarnya karena hal-hal yang sepele dan itu pun sebenarnya karena aku yang keras kepala. Lihat, untuk hal sepele sekalipun, aku tetap memerlukan Mama kan.

Dear Mama… 
Waktu Mama sakit, mungkin aku tidak seperhatian Mama ketika aku sakit. Saat sakitpun Mama masih mengupayakan diri untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang bisa Mama kerjakan. Aku ingat betul, yang Mama inginkan dari Tuhan itu cuma kekuatan dan kesehatan. Mama pernah bilang kalau, “Mama bukan mau memanjakan kamu dengan mengerjakan hampir seluruh pekerjaan rumah. Mama tau kamu sangat lelah di luar sana waktu umtuk sekolah.” Tapi untuk menyimpan pakaian yang sudah Mama setrika atau mengucapkan terima kasih pun aku jarang. Maaf ya Ma.

Ma, sebenarnya aku selalu memperhatikan Mama. Maaf ya kalau aku kelihatan seperti tak pernah perduli dengan lebih banyak diam di rumah. Aku pernah dan sudah bilang kan, itu karena aku lelah, jadinya aku malas untuk bersuara. Makasih karena Mama selalu paham untuk hal tersebut.

Dear Mama.. Aku rasa aku akan memerlukan Mama seumur hidupku. Aku perlu doa Mama, aku perlu campur tangan Mama, aku perlu omelan Mama, kecerewetan Mama, bentakan Mama, semuanya Ma. Dulu, aku selalu berpikir kalau aku sudah besar aku tak akan memerlukan Mama terlalu banyak. Nyatanya aku tetap perlu Mama dalam segala hal. Untuk menyiapkan sarapan yang akan kubawa ke sekolah saja pun aku sering tak sanggup. Mama yang menyediakan. Aku juga malu karena sampai saat ini Mama masih lebih sering mencuci piring dari aku. Aku selalu beralasan lelah kalau melihat tumpukkan piring. Maaf ya Ma kalau kesannya aku mencari Mama ketika aku perlu saja.

Ma… Kalau untuk hal-hal kecil dan terkesan sepele saja campur tangan Mama sangat berarti, apalagi untuk laki-laki yang akan menemani aku nanti. Ma, ada banyak hal yang ingin aku ceritakan dengan Mama. Tapi aku sangat malu dan sepertinya aku memang susah berkomunikasi dengan Mama ya? Maaf ya Ma, kalau aku lebih sering memilih teman-temanku untuk mendengarkan semua ceritaku ketimbang Mama. Aku merasa bingung harus seperti apa kalau aku menceritakannya dengan Mama.

Tapi lewat surat ini, aku ingin Mama tau. Kalau beberapa waktu lalu, iya, beberapa tahun lalu, aku, anak gadismu sedang berada dalam lingkaran keterpurukan yang luar biasa. Seharusnya aku mencari Mama untuk menceritakan semua yang aku rasakan. Mulai dari sakit hati, patah hati, luka hati yang semakin menganga, ya semua Ma. Tapi aku malah bungkam. Maaf Ma, lagi-lagi aku hanya bingung mau seperti apa dan mulai dari mana untuk menceritakannya.

Aku hanya ingin bercerita ke Mama kalau saat ini aku benar-benar membutuhkan sosok seorang laki-laki yang bisa melindungi dan berbagi dengan aku. Aku benar-benar memerlukan seseorang yang bisa kupeluk saat aku sedang terpuruk, seseorang yang bisa memarahi aku kalau aku sering sepele dengan hal-hal kecil, seseorang yang bisa mengelus kepalaku dan berkata, “Kamu yang sabar ya.” saat aku kena marah oleh orang lain, seseorang yang bisa menemani aku setiap malam untuk mengerjakan tugas sekolahku yang masih belum selesai, seseorang yang bisa mendukung pendidikan dan karierku, seseorang yang mau memberikan bahunya tanpa bertanya apapun saat aku benar-benar sangat lelah dan ingin menangis, seseorang yang mau memeluk aku dari belakang atau mengizinkan aku memeluknya dari belakang, seseorang yang mau meminta aku untuk membuatkan makan siangnya, seseorang yang. Apa yang kusebutkan tadi terlalu banyak? Ya aku butuh laki-laki seperti itu Ma.

Dear Mama… Akhirnya aku sadar aku akan selalu memerlukan Mama. Aku tentu belum pintar memilih. Bagaimanapun Mama duluan dari pada aku. Mama pasti tau bagaimana seharusnya seorang perempuan memilih. Ma, saat ini usiaku masih 17 tahun, tapi aku belum bisa memutuskan pilihanku. Aku perlu Mama, aku perlu doa Mama. Maaf, aku bukan hanya perlu, aku sangat butuh doa Mama. Karena kalau dengan kekuatan dan cara hatiku bertindak, aku takut aku gegabah.

Ma, ada yang mau kutanyakan. Aku kadang tak tau apakah permintaanku terlalu banyak atau seperti apa. Yang aku minta dengan Tuhan soal laki-laki yang aku inginkan itu sebenarnya tidak banyak. Tapi entahlah menurut Mama. Aku biasanya meminta agar laki-laki itu adalah laki-laki yang mencintai Tuhan lebih dari apapun, bukan hanya pikirannya yang cerdas tapi juga hatinya, laki-laki yang tidak hanya bisa memuji aku tapi juga memarahi aku kalau aku salah, laki-laki yang bisa menjadi teman terbaikku dalam hal apapun, laki-laki yang bisa membuat aku utuh sebagai perempuan ketika aku di sampingnya, laki-laki yang tidak hanya mendukung aku tapi juga membutuhkan dukungan dariku.

Aku perlu dan aku membutuhkan laki-laki itu sebagai seseorang yang istimewa dalam hidupku Ma. Tenang Ma, aku tidak akan menduakanmu saat aku bertemu dengan laki-laki itu. Mama juga tidak perlu khawatir aku tidak memerlukan Mama lagi kalau nanti aku bertemu dengan laki-laki itu. Karena aku akan selalu memerlukan Mama.

Aku akan selalu memerlukan Mama dalam hal apapun. Baik untuk pesta pernikahanku nanti, maupun saat aku sudah berkeluarga. Aku pasti akan selalu memerlukan Mama. Aku mau Mama juga berperan dalam pesta pernikahanku yang sederhana nanti. Mama ingat kan kalau Mama selalu bilang kalau Mama masih ingin hidup bahkan ketika aku sudah punya anak dan berkeluarga nanti? Aku juga akan meminta itu dengan Tuhan nanti.

Untuk pernikahanku nanti, aku mau gaun putih gading. Tapi bolehkan aku yang memilih modenya? Aku mau gaun yang bisa memperlihatkan punggungku dengan indah. Dan aku juga ingin memakai adat Minang dan adat Jawa seperti yang ku idam-idamkan dari kecil. Mama bisa kan menjahit gaun seperti itu? Kalau pun tak bisa, Mama bisa kan menemani aku mencarinya bersama calon suamiku nanti?

Dear Mama… 
Maaf ya kalau sampai saat ini aku masih belum bisa mengenalkan siapa laki-laki itu. Makanya kubilang aku perlu doa mama. Kalau Mama bertanya siapa pacarku, nanti, aku pasti akan mengenalkannya dengan Mama. Dan kalau Mama bertanya di usia berapa aku mau menikah, nanti di usia 23 atau mungkin 25 tahun. Dan mama tak perlu cemas atau bahkan khawatir, sekali lagi aku mau Mama tau kalau aku akan memerlukan Mama sampai kapanpun.

Ma… Mama jangan terlalu lelah ya.. Jaga kesehatan, sering-sering minum vitamin. Aku janji setelah ini aku akan menghabiskan waktu lebih banyak lagi untuk Mama. Aku akan bercerita apapun, semua dengan Mama. Nanti, waktu aku menikah, aku mau Mama yang mengurus semuanya. Maaf kalau aku baru berani mengungkapkannya lewat tulisan kalau aku sangat sayang dengan Mama.

Peluk hangat Putrimu, Hanny.